Selasa, 09 April 2019

Karakteristik Model Pembelajaran Mind Map


      Model Pembelajaran Mind Map

Secara harfiah mind map merupakan pemetaan informasi yang disimpan dalam pikiran melalui proses membaca (Wiliana, 2012). Metode mind map atau peta pikiran merupakan salah satu teknik mengembangkan pemikiran yang dikemukakan oleh Tony Buzan sekitar tahun 1970-an dengan mendasarkan risetnya mengenai cara kerja otak, dengan menulis atau mencatat topik utama di tengah dan menulis sub topik dan rincianya diletakkan mengitari topik utama. Teknik mencatat peta pikiran ini dirancang berdasarkan cara kerja otak dalam memproses informasi (Retno Hermawati, 2009).
Dalam prakteknya otak mengambil informasi dari berbagai tanda, baik itu berupa gambar, bunyi, pikiran, maupun perasaan. Saat mengingat informasi otak biasanya melakukanya dalam bentuk gambar warna- warni, symbol, bunyi, perasaan dan lain-lain. Oleh karena itu catatan dalam bentuk peta pikiran memungkinkan otak memahami ulang gagasan dalam wacana secara utuh dan menyeluruh. Pembentukan mind map selalu dimulai dengan konsep utama atau tunggal, kemudian dikaitkan dengan beberapa cabang sebagai sub bagian dan konsep utama dengan menggunakan garis melengkung. Cabang- cabang tersebut kemudian dikorelasikan dengan kata kunci atau simbol untuk memudahkan peserta didik menghafalnya. Garis melengkung yang dijadikan sebagai penghubung tersebut kemudian diberi warna-warni yang menarik sehingga terlihat seperti sebuah lukisan yang menarik dan tidak membosankan.
Sesungguhnya asumsi dasar dan metode mind map di sini adalah pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas berbasis kemampuan otak (brain based learning). Eric Jensen (2008) menjelaskan bahwa, pendekatan ini adalah proses pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar. Pendekatan ini bermula dari pertanyaan yang fundamental terkait ‘apa saja yang baik untuk otak’.
Jawaban dari pertanyaan tersebut dijawab dengan pendekatan tidak hanya berdasar dari satu disiplin ilmu tersendiri, juga bukan menawarkan sebuah format yang sudah mapan dan sudah ditentukan atau dogma. Akan tetapi merupakan hasil korelasi ataupun integrasi konsep dari beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan dukungan proses interelasi dari berfikir otak yang membentuk peta pemikiran (mind map).
Meskipun pendekatan berbasis kemampuan otak tidak menyuguhkan resep praktis namun desain pemikiran tersebut bisa dijadikan rujukan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan berdasarkan sifat alamiah otak (Eric Jansen, 2008).


A.    Karakteristik Mind Map
Kemampuan otak sesungguhnya manusia sangat besar (Agus Nggermanto, 2003). Cara kerja pikiran manusia ini secara alamiah adalah memancar dari satu titik pikiran ke berbagai asosiasi pemikiran yang lain, dan selalu menyebar kembali dengan tidak terbatas yang kemudian diistilahkan oleh Tony Buzan dengan sebutan Radiant Thinking (Caroline, 2009). Cara kerja otak ini kemudian dijadikan oleh Buzan sebagai penyusunan konsep mind map. Oleh karena itu cara kerja mind map mirip dengan cara kerja otak.
Selain itu menurut pengakuan (Hernowo, 2005), metode ini mampu mengoptimalkan keseimbangan antara otak kanan dengan otak kiri secara sinergis dan komplementer. Hal ini terlihat dari penggunaan gambar, warna, serta imajinasi yang bersamaan dengan penggunaan kata, angka, serta pengunaan logika.
Hasil kajian menyimpulkan bahwa otak mengambil informasi tidak secara linear melainkan dengan cara bercampuran antara gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan (AM. Nasih, 2009).
Beberapa perbedaan yang terletak pada karakteristik dan unsure- unsur mind map meliputi hal-hal seperti berikut:
 a.       Central Idea
Central idea ini merupakan fokus pusat yang berisi citra atau lambang masalah atau informasi yang akan dipetakan (Buzan, 2002). Selanjutnya ide pokok yang akan dipetakan ditentukan terlebih dahulu, biasanya ide pokok berdasarkan judul buku atau sub judul buku, setelah ditentukan kemudian di letakkan di tengah-tengah sebagai central idea.
b.      Gagasan
Setelah gagasan utama ditentukan kemudian gagasan tersebut dibiarkan mengalir bebas tanpa penilaian.
c.       Kata Kunci
Setelah gagasan utama ditentukan kemudian dikasih satu kata kunci untuk memudahkan mengingat gagasan yang telah dipetakan.
d.      Warna
Warna tersebut digunakan untuk menerangi dan menekankan pentingnya sebuah gagasan.
e.       Gambar dan Simbol
Gambar tersebut digunakan untuk menyoroti gagasan dan merangsang otak untuk membentu asosiasi dan dikaitkan dengan yang lain.
Dalam implementasinya metode mind map memiliki karakteristik unsur-unsur sebagai berikut (Wiliana, 2013): (1) Subyek yang menjadi perhatian mengalami kristalisasi dalam citra sentral; (2) Tema utama dan subyek memancar dan citra sentral sebagai cabang-cabang; (3) Cabang-cabang terdiri dan citra kunci atau kata kunci, kemudian dituliskan di garis yang berasosiasi.
Topik-topik dengan tingkat kepentingan yang lebih kecil juga digambarkan sebagai cabang-cabang yang melekat pada cabang dan tingkat yang lebih tinggi; (4) Cabang-cabang ini membentuk struktur modus yang berhubungan.
Selanjutnya dalam mengimplementasikan mind map, bisa memilih diantara empat macam model, yaitu: pohon jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus (cycle concept map), dan peta konsep laba-laba (spider concept map).
Model pohon jaringan(network tree), memilikilangkah-langkahnya: ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung. Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulai dengan menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus.

Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dan konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal yang menunjukkan informasi sebab akibat, suatu hirarki, dan informasi prosedural yang bercabang.
Model rantai kejadian (events chain) dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan eksperimen, model mind map ini cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal seperti: memberikan tahap-tahap suatu proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur ataupun suatu urutan kejadian.
Berbeda dengan model peta konsep siklus (cycle concept map), model ini menggambarkan rangkaian kejadian yang tidak menghasilkan suatu hasil akhir. Kejadian akhir pada rantai itu menghubungkan kembali kejadian  awal siklus itu berulang dengan sendirinya dan tidak  ada akhirnya. Peta konsep siklus ini cocok diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkain kejadian berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
Sedangkan peta konsep laba-laba (spider concept map), dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide- ide berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah ide yang bercampur aduk. Dari beberapa ide tersebut ada yang berkaitan dengan ide sentral, namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan memisah-misahkan dan mengelompokan istilah-istilah menurut kaitan tertentu, sehingga istilah menjadi lebih berguna dengan menuliskannya sebagai konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan: hal-hal yang tidak menurut herarki, kecuali berada dalam satu kategori, informasi dengan kategori yang tidak pararel, dan perihal hasil curah pendapat.
Mind Map menjadi media untuk menyimpan sekaligus menjadi alat untuk mensistematisasikan pemahaman hasil membaca. Pemahaman hasil membaca dapat dengan mudah dikomunikasikan ulang, karena konsep yang diperlukan terekam dengan baik di dalam alam pikiran. Model mind map telah memperkokoh hasil membaca untuk selanjutnya siap menjadi modal dalam mengembangkan kreativitas.
Mind map tidak saja telah menjadi modal untuk menjadi kreatif,   akan tetapi bisa menjadi penggerak untuk berfikir yang lebih besar lagi.

Seorang seniman besar Picasso Barcelona (Spanyol) menjadi sukses karena setiap melakukan kegiatannya, ia mengawali dengan mengokohkan pondasi kemampuan teknisnya sebelum ia dapat mengembangkan inovasinya, bahkan dia membuat sketsa (model mind map) dalam banyak versi sebelum menciptakan lukisan-lukisan yang merupakan puncak karyanya (Colin Rose, 2006).
Begitu juga (Buzan, 2010) dengan tegas mengatakan, jika anda ingin memunculkan ide-ide yang cemerlang, menemukan solusi yang inspiratif untuk menyelesaikan masalah atau menemukan cara baru untuk memotivasi diri dan orang lain, anda perlu membebaskan imajinasi anda dengan menggunakan mind map.

B.     Metode
Metode pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran) adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan siswa dengan kegiatan kreatif menyusun ide-ide pokok dari sebuah konsep menjadi sebuah peta pikiran yang mudah dipahami oleh siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV Pondok Pesantren Imam Syafi’i Sagulung Batam Banyumas pada tanggal 1 dan 2 April 2019. Subjek dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas IV Takhosus Akhwat. Kompetensi dasar dalam pembelajaran adalah menulis cerita tentang pengalaman yang pernah dialami.
Sumber data dari penelitian ini adalah dokumen, siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan latihan membuat mind map, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan lembar pembelajaran, wawancara, dan catatan dokumen.
              Petunjuk atau langkah-langkah membuat peta pikiran yang dikemukakan oleh Tony Buzan (Wikipedia, 2011) :
a.       Mulailah dengan menulis topik utama di tengah kertas,
b.      Gunakan ilustrasi gambar, simbol-simbol, kode-kode pada keseluruhan peta pikiran,
c.       Pilih kata-kata kunci pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan,
d.      Setiap kata/gambar harus berdiri sendiri pada setiap garis/cabangnya,
e.       Cabang-cabang yang dibuat harus terkait dengan topik utama di tengah kertas. Garis cabang utama lebih tebal dan menjadi lebih tipis ketika semakin menjauh dari cabang utama,
f.       Buat garis/cabang yang sama panjangnya dengan kata-katanya,
g.      Gunakan warna-warni dalam peta pikiran paling tidak tiga warna, sesuai selera,
h.      Kembangkan bentuk peta pikiran yang sesuai dengan gaya atau kreativitas masing-masing,
i.        Sisakan ruang untuk penambahan tema berikutnya.

C.    Hasil Penelitian
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pembelajaran dengan menggunakan model mind map diterapkan sesuai dengan langkah-langkah model mind map yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap kesimpulan/penutup.
Pada tahap persiapan yang dilakukan guru yaitu pengkondisian siswa. Pada tahap pelaksanaan meliputi empat tahap yaitu: (1) Overview (tinjauan menyeluruh), yaitu guru menjelaskan materi pelajaran secara menyeluruh; (2) Preview (tinjauan awal), yaitu guru menjelaskan konsep materi pelajaran lebih mendetail; (3) Inview (tinjauan mendalam), kegiatan guru yaitu membagi kelompok, memberikan lembar kerja, memberikan arahan. (4) Review  (tinjauan  ulang),  kegiatan  guru yaitu menugaskan kelompok untuk mendiskripsikan hasil diskusi, menugaskan kelompok lain untuk menanggapi hasil diskusi, guru bersama siswa membahas hasil diskusi. Pada tahap kesimpulan/penutup kegiatan guru yaitu mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran bersama-sama.
Berikut adalah contoh salah satu dari beberapa model mind map hasil kreativitas siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan kompetensi dasar menulis pengalaman.

       Contoh mind map siswa

Hasil menulis berdasarkan mind map yang dibuat
                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar