Model
Pembelajaran Mind Map
Secara
harfiah mind map merupakan pemetaan
informasi yang disimpan dalam pikiran melalui proses membaca (Wiliana, 2012).
Metode mind map atau peta pikiran
merupakan salah satu teknik mengembangkan pemikiran yang dikemukakan oleh Tony
Buzan sekitar tahun 1970-an dengan mendasarkan risetnya mengenai cara kerja
otak, dengan menulis atau mencatat topik utama di tengah dan menulis sub topik
dan rincianya diletakkan mengitari topik utama. Teknik mencatat peta pikiran
ini dirancang berdasarkan cara kerja otak dalam memproses informasi (Retno
Hermawati, 2009).
Dalam
prakteknya otak mengambil informasi dari berbagai tanda, baik itu berupa gambar,
bunyi, pikiran, maupun
perasaan. Saat mengingat informasi otak biasanya
melakukanya dalam bentuk gambar warna- warni, symbol, bunyi, perasaan dan
lain-lain. Oleh karena itu catatan dalam bentuk peta pikiran memungkinkan otak memahami ulang gagasan
dalam wacana secara utuh dan menyeluruh.
Pembentukan mind map selalu dimulai
dengan konsep utama atau tunggal, kemudian dikaitkan dengan beberapa cabang
sebagai sub bagian dan konsep utama dengan
menggunakan garis melengkung. Cabang- cabang tersebut kemudian dikorelasikan
dengan kata kunci atau simbol untuk memudahkan peserta
didik menghafalnya. Garis melengkung yang dijadikan sebagai penghubung tersebut
kemudian diberi warna-warni yang menarik sehingga terlihat seperti sebuah
lukisan yang menarik dan tidak membosankan.
Sesungguhnya
asumsi dasar dan metode mind map di
sini adalah pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas berbasis kemampuan
otak (brain based learning). Eric
Jensen (2008) menjelaskan bahwa, pendekatan
ini adalah proses
pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak
yang didesain secara alamiah untuk belajar. Pendekatan ini bermula dari pertanyaan yang fundamental terkait ‘apa saja yang baik untuk otak’.
Jawaban dari pertanyaan tersebut
dijawab dengan pendekatan tidak hanya berdasar dari satu disiplin
ilmu tersendiri, juga bukan menawarkan sebuah format yang sudah mapan dan sudah ditentukan atau dogma. Akan tetapi merupakan hasil korelasi
ataupun integrasi konsep dari beberapa disiplin ilmu yang terkait dengan
dukungan proses interelasi dari berfikir
otak yang membentuk peta pemikiran (mind map).
Meskipun pendekatan berbasis kemampuan otak
tidak menyuguhkan resep praktis namun desain pemikiran tersebut bisa
dijadikan rujukan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan berdasarkan sifat
alamiah otak (Eric Jansen, 2008).
A.
Karakteristik
Mind Map
Kemampuan
otak sesungguhnya manusia sangat besar (Agus Nggermanto, 2003). Cara kerja pikiran manusia
ini secara alamiah
adalah memancar dari satu titik pikiran ke berbagai asosiasi pemikiran
yang lain, dan selalu menyebar kembali dengan tidak terbatas yang kemudian
diistilahkan oleh Tony Buzan
dengan sebutan Radiant
Thinking (Caroline, 2009).
Cara kerja otak ini kemudian dijadikan oleh Buzan sebagai penyusunan konsep
mind map. Oleh karena
itu cara kerja mind map mirip dengan cara kerja otak.
Selain
itu menurut pengakuan (Hernowo, 2005), metode ini mampu mengoptimalkan
keseimbangan antara otak kanan dengan otak kiri secara sinergis dan
komplementer. Hal ini terlihat dari penggunaan gambar, warna, serta imajinasi yang bersamaan dengan
penggunaan kata, angka, serta
pengunaan logika.
Hasil kajian
menyimpulkan bahwa otak mengambil informasi tidak secara linear melainkan dengan cara bercampuran antara
gambar, bunyi, aroma, pikiran dan perasaan (AM. Nasih, 2009).
Beberapa perbedaan
yang terletak pada karakteristik
dan unsure- unsur mind map meliputi
hal-hal seperti berikut:
Central
idea ini
merupakan fokus pusat yang berisi citra atau lambang masalah atau informasi
yang akan dipetakan (Buzan, 2002).
Selanjutnya ide pokok yang akan dipetakan ditentukan terlebih dahulu, biasanya
ide pokok berdasarkan judul buku atau sub judul buku, setelah ditentukan
kemudian di letakkan di tengah-tengah sebagai central idea.
b.
Gagasan
Setelah
gagasan utama ditentukan kemudian gagasan tersebut dibiarkan mengalir bebas
tanpa penilaian.
c.
Kata Kunci
Setelah
gagasan utama ditentukan kemudian dikasih satu kata kunci untuk memudahkan
mengingat gagasan yang telah dipetakan.
d.
Warna
Warna
tersebut digunakan untuk menerangi dan menekankan pentingnya sebuah gagasan.
e.
Gambar dan Simbol
Gambar tersebut
digunakan untuk menyoroti gagasan dan merangsang otak untuk membentu asosiasi
dan dikaitkan dengan yang lain.
Dalam
implementasinya metode mind map memiliki
karakteristik unsur-unsur sebagai berikut (Wiliana, 2013): (1) Subyek yang
menjadi perhatian mengalami kristalisasi dalam citra sentral; (2) Tema utama dan subyek memancar dan citra
sentral sebagai cabang-cabang; (3) Cabang-cabang terdiri dan citra kunci atau
kata kunci, kemudian dituliskan di garis yang berasosiasi.
Topik-topik
dengan tingkat kepentingan yang lebih kecil juga digambarkan sebagai
cabang-cabang yang melekat pada cabang dan tingkat yang lebih tinggi; (4)
Cabang-cabang ini membentuk struktur modus yang berhubungan.
Selanjutnya
dalam mengimplementasikan mind map,
bisa memilih diantara empat macam
model, yaitu: pohon
jaringan (network tree), rantai kejadian (events chain), peta konsep siklus
(cycle concept map), dan peta
konsep laba-laba (spider concept map).
Model pohon
jaringan(network tree), memilikilangkah-langkahnya: ide-ide pokok dibuat dalam persegi
empat, sedangkan beberapa kata lain dihubungkan oleh garis penghubung.
Kata-kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Pada
saat mengkonstruksi suatu pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftar
konsep-konsep utama yang berkaitan dengan topik itu. Daftar dan mulai dengan
menempatkan ide-ide atau konsep-konsep dalam suatu susunan dari umum ke khusus.
Cabangkan
konsep-konsep yang berkaitan itu dan konsep utama dan berikan hubungannya pada
garis-garis itu. Pohon jaringan cocok digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal
yang menunjukkan informasi sebab akibat, suatu hirarki,
dan informasi prosedural yang bercabang.
Model
rantai kejadian (events chain) dapat
digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu
prosedur atau tahap-tahap dalam suatu proses. Misalnya dalam melakukan
eksperimen, model mind map ini cocok
digunakan untuk memvisualisasikan hal-hal seperti:
memberikan tahap-tahap suatu
proses, langkah-langkah dalam suatu prosedur ataupun suatu urutan kejadian.
Berbeda
dengan model peta konsep siklus (cycle
concept map), model ini menggambarkan rangkaian kejadian yang tidak menghasilkan
suatu hasil akhir. Kejadian
akhir pada rantai itu menghubungkan kembali kejadian awal
siklus itu berulang
dengan sendirinya dan tidak
ada akhirnya. Peta konsep siklus ini cocok
diterapkan untuk menunjukkan hubungan bagaimana suatu rangkain kejadian
berinteraksi untuk menghasilkan suatu kelompok hasil yang berulang-ulang.
Sedangkan
peta konsep laba-laba (spider concept map),
dapat digunakan untuk curah pendapat. Dalam melakukan curah pendapat ide- ide
berasal dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah ide yang
bercampur aduk. Dari beberapa ide tersebut ada yang berkaitan dengan ide sentral, namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. Kita dapat memulainya dengan
memisah-misahkan dan mengelompokan
istilah-istilah menurut kaitan tertentu, sehingga istilah menjadi lebih berguna
dengan menuliskannya sebagai konsep utama. Peta konsep laba-laba cocok digunakan untuk memvisualisasikan:
hal-hal yang tidak menurut herarki, kecuali berada dalam satu kategori,
informasi dengan kategori yang tidak pararel, dan perihal hasil curah pendapat.
Mind Map menjadi media untuk
menyimpan sekaligus menjadi
alat untuk mensistematisasikan pemahaman hasil membaca. Pemahaman hasil membaca dapat dengan mudah dikomunikasikan ulang, karena
konsep yang diperlukan terekam
dengan baik di dalam alam pikiran. Model
mind map telah memperkokoh
hasil membaca untuk selanjutnya siap menjadi modal dalam mengembangkan
kreativitas.
Mind map tidak saja telah menjadi modal untuk menjadi
kreatif, akan tetapi bisa menjadi
penggerak untuk berfikir yang lebih besar lagi.
Seorang
seniman besar Picasso Barcelona (Spanyol) menjadi sukses karena setiap
melakukan kegiatannya, ia mengawali dengan
mengokohkan pondasi kemampuan teknisnya sebelum ia dapat mengembangkan inovasinya, bahkan
dia membuat sketsa
(model mind map) dalam
banyak versi sebelum menciptakan lukisan-lukisan yang merupakan puncak
karyanya (Colin Rose, 2006).
Begitu
juga (Buzan, 2010) dengan tegas mengatakan, jika anda ingin memunculkan ide-ide
yang cemerlang, menemukan solusi yang inspiratif untuk menyelesaikan masalah
atau menemukan cara baru untuk memotivasi diri dan orang lain,
anda perlu membebaskan imajinasi anda dengan menggunakan mind map.
B. Metode
Metode
pembelajaran Mind Map (Peta Pikiran)
adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan pengetahuan siswa
dengan kegiatan kreatif menyusun ide-ide pokok dari sebuah konsep menjadi
sebuah peta pikiran yang mudah dipahami oleh siswa.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV Pondok
Pesantren Imam Syafi’i Sagulung Batam Banyumas pada tanggal 1 dan 2 April 2019.
Subjek dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas IV Takhosus Akhwat.
Kompetensi dasar dalam pembelajaran adalah menulis cerita tentang pengalaman
yang pernah dialami.
Sumber data dari penelitian ini adalah dokumen, siswa. Teknik pengumpulan
data adalah dengan latihan membuat mind map, observasi, wawancara, dan
dokumentasi. Sedangkan alat pengumpulan data menggunakan lembar pembelajaran,
wawancara, dan catatan dokumen.
Petunjuk
atau langkah-langkah membuat peta pikiran yang dikemukakan oleh Tony Buzan
(Wikipedia, 2011) :
a.
Mulailah dengan menulis topik utama di tengah
kertas,
b.
Gunakan ilustrasi gambar, simbol-simbol,
kode-kode pada keseluruhan peta pikiran,
c.
Pilih kata-kata kunci pada tiap-tiap cabang
yang dikembangkan,
d.
Setiap kata/gambar harus berdiri sendiri pada
setiap garis/cabangnya,
e.
Cabang-cabang yang dibuat harus terkait dengan
topik utama di tengah kertas. Garis cabang utama lebih tebal dan menjadi lebih
tipis ketika semakin menjauh dari cabang utama,
f.
Buat garis/cabang yang sama panjangnya dengan
kata-katanya,
g.
Gunakan warna-warni dalam peta pikiran paling
tidak tiga warna, sesuai selera,
h.
Kembangkan bentuk peta pikiran yang sesuai
dengan gaya atau kreativitas masing-masing,
i.
Sisakan ruang untuk penambahan tema berikutnya.
C. Hasil Penelitian
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui kegiatan awal,
kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pembelajaran dengan menggunakan model mind map diterapkan sesuai dengan
langkah-langkah model mind map yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dan tahap
kesimpulan/penutup.
Pada tahap persiapan yang dilakukan guru yaitu pengkondisian
siswa. Pada tahap pelaksanaan meliputi empat tahap yaitu: (1) Overview (tinjauan menyeluruh), yaitu
guru menjelaskan materi pelajaran secara menyeluruh; (2) Preview (tinjauan awal), yaitu guru menjelaskan konsep materi
pelajaran lebih mendetail; (3) Inview
(tinjauan mendalam), kegiatan guru yaitu membagi kelompok, memberikan lembar
kerja, memberikan arahan. (4) Review (tinjauan
ulang), kegiatan guru yaitu menugaskan kelompok untuk
mendiskripsikan hasil diskusi, menugaskan kelompok lain untuk menanggapi hasil
diskusi, guru bersama siswa membahas hasil diskusi. Pada tahap kesimpulan/penutup
kegiatan guru yaitu mengajak siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
bersama-sama.
Berikut
adalah contoh salah satu dari beberapa model mind map hasil kreativitas siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia dengan kompetensi dasar menulis pengalaman.
Contoh mind map siswa
Hasil menulis berdasarkan mind map yang dibuat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar